Ahad, 18 Ogos 2013

12 di jeram - Google Blog Search

12 di jeram - Google Blog Search


Mengenal Nama <b>Jeram di</b> Citarik - National Geographic Indonesia

Posted: 19 Jul 2013 06:00 PM PDT

Kedatangan kami di pendopo sebuah operator wisata arung jeram kawasan Cikidang, Sukabumi, disambut meriah oleh tetarian sepasang barongsai. Pekan itu, memang masih kental nuansa Hari Raya Imlek. 

Harmoni nada genderang berlanjut, mengarah ke Sungai Citarik. Barongsai pun beraksi di atas perahu karet yang mengarung sungai. Anak-anak kecil dari desa setempat terlihat berlarian mengejar barongsai yang menari dengan ganas di atas perahu karet.

Ratusan pasang mata terus menikmati pembuka acara "Barongsai on the River dari Arus Liar", sampai terdengar bunyi petasan memekakkan telinga. Pertanda saya dan beberapa rekan jurnalis siap melakukan arung jeram di Sungai Citarik, dengan panjang aliran sekitar 17 kilometer menuju muara. 

Pacuan adrenalin mulai terasa saat suara deras arus sungai terdengar dari kejauhan. Tidak lain, ini adalah sebuah tantangan untuk ditaklukkan. Sungai Citarik yang bermuara di Pelabuhan Ratu merupakan salah satu sungai langganan para pecinta jeram.

Perjalanan dari Ibukota yang berkisar lima jam pun terasa sekejap. Saya tidak sabar lagi ingin menggerakkan dayung di sungai. "Kalau saya bilang boom, semuanya harus menunduk ya," jelas Ashim, yang memandu kami.

Tidak lama kemudian, dayung saya menyentuh air dan terasa sensasi untuk melajukan perahu karet di antara derasnya arus dan percikan air. Batu-batu sungai terlihat mengintip di balik aliran air yang kecokelatan. Perahu karet yang berisi lima orang ini bergoyang mengikuti aliran arus Sungai Citarik.

Jeram pertama yang kami singgahi diberi nama Jeram Roke Stone. Nama jeram yang unik terdengar saat sampai ke jeram yang ketiga, jeram TVRI. "Ada ceritanya di balik nama jeram itu," tukas Ashim, lalu terdiam sejenak dan memberikan waktu bagi kami untuk berteriak saat perahu menghantam jeram. "Dulu, ada jurnalis dari TVRI tersangkut di jeram itu untuk beberapa lama, sehingga lahirlah nama ini."

Perjalanan terus berlanjut, perahu karet yang kami tumpangi seakan menggila. Arus membawa perahu menabrak setiap batu yang ada, bukannya menaklukkan jeram-jeram. Ashim sebagai kapten dan pemandu dengan tangkas menggeser perahu agar kembali ke jalur aliran sungai. Sesaat kemudian, terlihat jeram sulit dan dikenal sebagai Jeram Bali.

"Kisahnya, ada pemandu yang asli Bali. Entah mengapa, perahunya selalu terbalik di jeram ini," kata Ashim kepada kami. Dengan cerita Jeram Bali itu, perjalanan kami hampir berakhir. Buih-buih air sungai seakan mengantar kami dengan tenang ke tempat pemberhentian. Arus deras mulai tenang dan bebatuan pun bersembunyi di dalam air.

Perasaan puas diselingi gelak tawa para peserta mengakhiri pengarungan jeram di Sungai Citarik. Kelapa muda yang tersedia di atas meja tempat pemberhentian menggoda kami yang telah mengarungi sungai selama kurang lebih satu jam.

Seteguk air kelapa terasa sangat nikmat, apalagi ditambah aneka gorengan. Setengah jam kami beristirahat, saatnya kembali ke pendopo Arus Liar menggunakan mobil bak terbuka. 
(ARIEF SUJATMOKO)

Tiada ulasan:

Catat Ulasan

ads